JAKARTA, Mungkin guru-guru di seantero Indonesia harus belajar dari Mursakin, seorang guru Bahasa Inggris dari SMPN 1 Kahu, Bone. Sosoknya yang jujur dan penuh humor tidak menunjukkan kesan bahwa seorang yang senang melakukan penelitian dan menulisnya dalam makalah penelitian adalah orang yang serius dan "kutu buku".
Pria yang sudah 22 tahun menjadi guru ini memang senang melakukan penelitian. Menurutnya, hal-hal sederhana saja dari aktivitas sehari-harinya mengajar dapat memotivasinya untuk mencari tahu lebih dalam tentang suatu fenomena, meski terkadang dia mengakui dirinya kesulitan untuk memulai menulis. "Tapi saya memang sudah memiliki prinsip, pokoknya satu tahun harus ada dua tulisan, mana proses pembelajaran yang paling inovatif, itu yang saya angkat," ujar Mursakin, usai mempresentasikan makalah penelitiannya yang berjudul Teaching A Spesific Cognitive Strategy Affect The Overall Quality of Student's Writing and Attitudes Toward Writing, di Depok, Senin (7/7).
Andalan Mursakin dalam penelitian ini adalah A-G Strategy, yaitu Atmosphere, Background, Character, Do, Effect, Feel, dan Great. Jika pelajaran menulis, Mursakin biasanya memulai dengan membacakan sebuah karya sastra dan menciptakan atmosfir agar para siswa dapat seolah-olah masuk ke dalamnya. Lalu Mursakin akan melanjutkan dengan menceritakan latar belakang karya sastra tersebut serta karakter-karakter yang ada di dalamnya.
Setelah itu, Mursakin akan mendorong para siswanya untuk menuliskan kembali cerita yang sudah mereka dengar dan kemudian mendiskusikannya kembali efek tulisan mereka dengan siswa yang lain. Hasilnya mereka tuliskan di lembar khusus yang diberikan oleh Mursakin. Kemudian, Mursakin meminta para siswanya menuliskan perasaan mereka setelah menulis pada sebuah kertas berwarna-warni yang juga sudah disiapkan oleh Mursakin dan dimasukkan ke amplop kecil. "Kemudian saya menilai dan saya merefleksikan apa yang didapatkan anak-anak pada siklus kedua," ujar Mursakin.
Pada siklus kedua, Mursakin mengulang A-F. Hasilnya, sangat menakjubkan setelah sampai F. Dengan metode ini, Mursakin dapat menggejot kemampuan siswanya menulis dalam Bahasa Inggris hampir dua kali lipat, meski masih lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam pengajaran Bahasa Inggris. Namun, bagi Mursakin, yang paling penting adalah motivasi siswa yang terdongkrak. "Strategi ini saya kembangkan supaya lebih memotivasi siswa untuk belajar dan tuntutan utamanya memang, kemampuan menulis dan motivasi untuk menulis," ujar Mursakin.
Mursakin sudah mencoba mengikuti Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) LIPI sebanyak empat kali dan pada kali ke empat inilah baru diterima sebagai finalis dan dipanggil ke Jakarta. Bagi Mursakin, penelitian sangat penting untuk mengoreksi kelemahan guru dalam profesinya hingga akhirnya berusaha merefleksikan dan memperbaiki kualitas dirinya. Selain itu, tentu saja membuka peluang untuk naik pangkat dan meningkatkan kemampuan intelektual guru. "Karena terus membaca. membaca dan membaca," ujar pria yang berusia 42 tahun itu.
Mursakin yang sempat berbangga sedikit karena salah satu mantan siswanya ternyata bekerja di LIPI ini mengaku sedang mengambil gelar master di Universitas Negeri Makassar (UNM). Untuk itu, dia harus rela menempuh jarak 200 km dari Bone ke Makassar dalam dua kali seminggu untuk kuliah dengan mengendarai motor. Mursakin memang senang menambah ilmunya dan tentu saja itu dapat mendorongnya untuk memperoleh posisi yang lebih layak atau mutasi ke daerah yang lebih maju. "Kalau saya tidak mau (mutasi), saya ingin tetap di sana (Bone), membangun ndeso (desa)," ujarnya terkekeh
Sumber : Kompas