Keberadaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk menunjang tugas-tugas guru guna memotivasi dan meningkatkan pemahaman siswa. Hanya saja, pengadaan media pengajaran hasil industri cenderung mahal, sulit didapatkan, pengoperasiannya ekstra hati-hati, fungsi spesifik, serta belum tentu memicu spontanitas belajar karena media tidak terkait dengan lingkungan siswa.
Menyadari akan hal itu, Bahtiar Kholili, SPd kemudian membuat media pengajaran tiruan atau media baru dari bahan alam yang mudah didapatkan tanpa mengenyampingkan tujuan pengajaran. Dia lalu membuat dua media pembelajaran. Media ini dipraktikkan di SMA Negeri Kampak, Tranggalek, Jawa Timur, sekolah tempatnya mengajar.
Media pertama adalah indikator basa. Alat ini dibuat dengan memanfaatkan bunga tanaman di sekitar sekolah. Bahtiar mengatakan, pelaksanaan inventarisasi trayek pH ekstrak tumbuhan sangat baik untuk dilakukan sebab akan memberi motivasi positif bagi siswa dalam mempelajari indikator atau analisa larutan serta perhitungannya. Sebagai upaya mempersempit trayek pH ekstrak tumbuhan, dilakukan pengkombinasian antar ekstrak dari tumbuhan yang berbeda.
Media pembelajaran lain adalah peraga gerakan mikroskopis. Alat ini, disebutnya, dapat membantu siswa saat mempelajari fakta-fakta kimia yang bersifat abstrak menjadi lebih realistis. Peraga dibuat dengan memanfaatkan gaya tarik dari pecahan magnet yang menembus kertas gambar. "Dibandingkan sketsa di papan tulis atau gambar chapter, peraga gerakan mikroskopis jelas lebih komunikatif dan efisien," tuturnya.
Bahtiar menjelaskan, ada dua tahap proses pembelajaran dengan indikator asam basa alami. Yakni, membahas indikatornya saja dan menerapkannya dalam analisa larutan. Pembahasan indikator dilakukan dengan mencari trayek pH berbagai jenis bunga serta mengkombinasikannya.
Saat analisa larutan, dipakai mencari konsentrasi suatu larutan asam atau basa serta perhitungan pH. Misalnya, titrasi antara HCL dengan NH4OH pemakaian indikator sintetis metil red bisa diganti dengan ekstrak campuran bunga penitian dan kangkung ( pH sebesar 2,22 - 7,00). Dalam praktik di lapangan, indikator alami itu masih dapat dipakai meski telah tersimpan selama 1 bulan.
Bagaimana dengan pembuatan peraga gerakan mikroskopis? Dia menyebut tiga pertimbangan yang digunakan hingga peraga gerakan mikrokopis menjadi salah satu alternatif pilihan dalam menentukan jenis media pengajaran kimia.
Pertama, pada pelajaran kimia banyak pembahasan materinya merupakan penyederhanaan dari realita sehingga diperlukan media untuk menjelaskan. Kedua, magnet memiliki kekuatan medan dan daya tembus cukup besar terhadap benda lapis tipis atau penyekat dari bahan kertas. Ketiga, bahan pembuatan mudah didapatkan, cara membuatnya tidak sulit, mudah mengoperasikannya, dana yang dibutuhkan tidak besar, dan mudah dimodifikasi untuk disesuikan dengan sifat materi pelajaran yang akan dibahas.
Untuk mulai membuat media kertas magnet, perlu dipersiapkan sejumlah alat dan bahan:
1. Magnet batang dengan ukuran kecil. Ini akan sangat baik jika permukaan magnetnya halus dan rata. Ketebalan magnet diusahakan setipis mungkin, sedang luas permukaannya agak lebar. Magnet ini bisa diperoleh dengan cara memecah magnet bekas alat pengeras suara.
2. Lembar karton atau kertas gambar sebagai bahan penyekat antar megnet. 3. Kayu penyangga media kertas-magnet. Bentuknya bisa beragam sesuai keinginan.
3. Potongan-potongan kertas dibentuk sebagai model dari pengaktualisasian benda yang berkaitan dengan suatu konsep materi pelajaran.
Sesuai fungsinya, peraga gerakan mikroskopis dipakai saat guru ingin memperjelas konsep yang bersifat abstrak dan sulit dibuktikan melalui percobaan. Karena itu, metode pengajaran yang paling sesuai adalah ceramah, diskusi, atau tanya jawab. Misalnya, penerapan media kertas magnet untuk menjelaskan konsep penurunan tekanan uap larutan. Langkah-langkah proses belajar mengajarnya adalah:
1. Guru mempersiapkan peraga gerakan mikroskopis dengan kertas gambar dilengkapi beberapa tempelan potongan kertas berwarna tertentu dan dibentuk bulatan yang tersusun pada suatu arena gambar gelas.
2. Guru menempelkan magnet-magnet dilengkapi potongan kertas sejenis potongan kertas yang telah ditempelkan tadi. Semua potongan kertas yang ada merupakan model dari molekul-molekul pelarut. Gerakkan ke atas semua magnet tersebut untuk memvisualisasikan penguapan molekul pelarut.
3. Guru menambahkan potongan kertas yang berbeda warna pada arena gambar gelas. Model ini memberikan maksud adanya penambahan molekul zat terlarut.
4. Guru menanyakan simpulan sementara kepada siswa tentang pengaruh penambahan zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap larutan.
5. Guru memberikan simpulan yang benar atau menyetujui simpulan siswa jika memang sudah benar.
Dengan visualisasi gerakan model molekul zat pelarut menggunakan peraga gerakan mikroskopis tersebut, menurut Bahtiar, siswa diharapkan tidak terlalu sulit berpikir abstrak membayangkan peristiwa penguapan. Pokok bahasan yang bisa dilakukan dengan peraga gerakan mikroskopis adalah pokok bahasan perubahan materi, struktur atom, hidrokarnon, konsentrasi larutan, kecepatan reaksi, koloid, sifat koligatif, atau elektrokimia.
Bagaimana tanggapan siswa dengan model pembelajaran ini? Angket yang disebarkan Bahtiar terhadap 32 siswa yang telah mengikuti pembahasan bab Struktur Atom ternyata memberikan respon yang baik. Sebagian besar menyatakan lebih termotivasi mengikuti pelajaran, konsetrasi belajar lebih bagus, dan merasa lebih mudah memahami pelajaran.
Tak hanya siswa. Sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu pun memujinya. Itu dibuktikan dengan menempatkan model pembelajaran Bahtiar pada peringkat pertama Lomba Kreativitas Guru tahun 2000 tingkat Sekolah Menengah Umum bidang Matematika, Pengetahuan Alam, dan Teknologi.
Sumber : Republika